a. Identitas Buku

  1. Judul buku        : Animal Farm (Terjemahan Bahasa Indonesia)
  2. Pengarang         : George Orwell
  3. Penerbit             : PT Bentang Pustaka
  4. Tahun Terbit     : Cetakan ke-4, Oktober 2017
  5. Jumlah Halaman : 142 halaman
  6. Nomor ISBN    : 978-602-291-282-8


b. Sinopsis

`Animal Farm menceritakan sekelompok hewan di Peternakan Manor yang memberontak terhadap pemilik manusia mereka, Tuan Jones, karena dianggap tidak peduli dan mengekang. Terinspirasi oleh orasi menggetarkan dari seekor babi tua bernama Old Major, hewan-hewan mulai membayangkan kehidupan baru yang terlepas dari penindasan manusia. Setelah Old Major wafat, dua babi terpandai Snowball dan Napoleon mengambil alih kekuasaan dan berhasil memobilisasi revolusi. Mereka mengusir Tuan Jones dan menguasai peternakan, yang kemudian mereka ganti namanya menjadi Animal Farm.

Pada mulanya, revolusi berlangsung dengan antusiasme kolektif yang besar. Para hewan berkolaborasi, menetapkan tujuh aturan yang menyoroti kesetaraan dan menolak tindakan manusia. Semua hewan diyakinkan bahwa mereka sedang menciptakan dunia yang lebih adil. Snowball berperan penting dalam menciptakan struktur baru, termasuk rencana pengembangan kincir angin untuk mengurangi beban kerja. Akan tetapi, masalah internal mulai timbul ketika Napoleon mulai melawan ide-ide Snowball.


Ketegangan mencapai puncaknya saat Napoleon memanfaatkan anjing-anjing yang telah dilatih secara diam-diam untuk mengusir Snowball dari peternakan. Setelah itu, ia menjadi penguasa sendirian di Animal Farm. Di bawah kepemimpinannya, keadaan hewan-hewan umum malah semakin parah. Peraturan diubah secara sembunyi-sembunyi, kerja paksa diimplementasikan, dan para babi mulai merasakan hak istimewa seperti manusia. Sementara itu, melalui bantuan Squealer babi juru bicara yang cerdik dalam memanipulasi fakta Napoleon terus menyebarkan propaganda bahwa semua perubahan dilakukan untuk kepentingan bersama.


Hewan-hewan lain, terutama Boxer si kuda yang rajin, tetap setia meski merasa semakin lelah dan kelaparan. Mereka meyakini pepatah "Napoleon tak pernah salah" dan "Aku akan berusaha lebih giat." Namun, kesetiaan itu pada akhirnya dikhianati ketika Boxer jatuh sakit dan secara diam-diam dijual kepada penjagal oleh Napoleon.


Kisah ini diakhiri dengan ironi yang menyakitkan: babi-babi yang pernah menjatuhkan manusia kini bertindak, berpenampilan, dan menjalankan bisnis layaknya manusia. Hewan-hewan lain hanya dapat mengamati dari jendela, bingung untuk membedakan antara babi dan manusia. Revolusi yang bertujuan untuk kebebasan malah bertransformasi menjadi rezim penindasan yang baru.


Melalui cerita alegoris ini, George Orwell menyoroti dan mengecam secara tajam sistem pemerintahan totaliter, terutama rezim Joseph Stalin di Uni Soviet. Karakter Napoleon melambangkan sosok Stalin yang kejam dan manipulatif, sementara Snowball mewakili Leon Trotsky yang idealis namun diusir secara kejam. Animal Farm menunjukkan bagaimana idealisme revolusioner dapat hancur oleh ambisi kekuasaan, serta bagaimana propaganda dan ketakutan dapat mengubah masyarakat yang merdeka menjadi korban penindasan yang lebih halus daripada sebelumnya.


c. Kelebihan dan Kekurangan Buku

Salah satu keunggulan utama novel Animal Farm karya George Orwell adalah kekuatannya sebagai alegori politik yang kuat dan relevan. Lewat cerita mengenai hewan-hewan yang melawan manusia, Orwell mengekspresikan kritik terhadap sistem totaliter terutama yang berlangsung di bawah rezim Stalin di Uni Soviet. Walaupun berlatar di sebuah ladang, cerita ini menyimpan arti yang mendalam tentang bagaimana otoritas dapat disalahgunakan dan bagaimana propaganda bisa memanipulasi kebenaran. Orwell menerapkan bahasa yang jelas dan simpel, sehingga pesan-pesan sosial dan politik dalam novel ini tetap bisa dimengerti oleh berbagai kelompok pembaca, termasuk yang belum terlalu mengenal isu-isu politik.


Selain itu, kekuatan novel ini juga terletak pada karakter simbolis yang kokoh. Setiap karakter hewan dalam kisah tersebut mewakili kelompok atau individu yang nyata dalam sejarah, seperti Napoleon yang melambangkan Stalin, Snowball sebagai Trotsky, Boxer sebagai kelas pekerja, dan Squealer sebagai representasi media propaganda. Melalui cara ini, pembaca dapat lebih mudah menangkap dinamika kekuasaan dan transformasi sosial yang berlangsung dalam sebuah revolusi. Animal Farm juga diperkaya dengan analisis sosial dan pemikiran filosofis yang mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana cita-cita luhur suatu gerakan dapat berubah menjadi penindasan baru, jika tidak dikelola dan diawasi dengan adil. Walaupun novel ini relatif singkat berdasarkan jumlah halamannya, isi kontennya padat dan bermakna, menjadikannya salah satu karya sastra klasik yang dapat membangkitkan kesadaran serta pemikiran kritis para pembacanya.


Kemudian dalam sebuah karya juga pasti terdapat kekurangan tersendiri. Salah satu kelemahan novel Animal Farm adalah alur ceritanya yang kadang membuat bingung, terutama untuk pembaca yang tidak akrab dengan latar belakang sejarah Uni Soviet. Transformasi kekuasaan yang berlangsung dalam alur terjadi dengan cepat dan sarat makna simbolis, tanpa adanya penjelasan yang jelas. Hal ini menyebabkan beberapa bagian cerita terkesan melompat dan sulit dimengerti jika pembaca tidak memiliki pengetahuan dasar tentang tokoh-tokoh sejarah seperti Stalin, Trotsky, atau sistem politik komunisme yang menjadi landasan alegori novel ini.


Di samping itu, penerapan karakter fabel atau hewan sebagai penggambaran karakter dalam cerita meskipun ini bijak dalam hal simbolisme juga mempunyai kelemahan tersendiri. Karena karakter seperti Napoleon, Snowball, atau Boxer digambarkan sebagai hewan, kedalaman perasaan yang dirasakan dan keterikatan pembaca terhadap tokoh-tokoh ini menjadi terbatas. Emosi yang seharusnya muncul dari pengalaman manusia seperti pengkhianatan, kelelahan, atau perjuangan, dalam cerita ini terlihat lebih datar karena terkungkung oleh narasi hewan. Sebagai akibatnya, walaupun kisah ini penuh dengan kritik sosial dan politik, dampaknya secara emosional mungkin terasa kurang mengesankan atau tidak menyentuh pembaca secara pribadi.


Meskipun demikian, Animal Farm tetap menjadi karya yang luar biasa yang menyampaikan pesan signifikan mengenai kekuasaan dan manipulasi. Namun, untuk dapat memahami dan menghargainya secara menyeluruh, pembaca perlu lebih mendalami latar belakang sejarah serta konteks simbolis yang diterapkan oleh Orwell. 


d. Penilaian Penulis 

Novel Animal Farm tidak hanya mencerminkan situasi pemerintahan otoriter di masa lalu, tetapi juga menggambarkan keadaan pemerintahan yang masih sering terjadi hingga sekarang. Kisah mengenai hewan-hewan yang awalnya berjuang untuk mendapatkan kesetaraan, namun pada akhirnya kembali tertekan oleh pemimpin baru yang bahkan lebih kejam, mencerminkan bagaimana kekuasaan bisa terus-menerus menciptakan bentuk penindasan baru dalam tampilan yang berbeda.


Walaupun berlatar belakang fabel dan terinspirasi oleh pemerintahan Stalin di Uni Soviet, pesan yang disampaikan oleh George Orwell tampak sangat relevan dengan keadaan saat ini. Praktik seperti nepotisme, penyalahgunaan kekuasaan, penekanan suara kritis, hingga pengkhianatan terhadap kepentingan masyarakat, masih merupakan bagian dari kenyataan pemerintahan di berbagai negara. Termasuk dalam situasi sekarang, di mana janji-janji reformasi dan demokrasi justru dieksploitasi oleh elit politik guna memperkuat kekuasaan mereka sendiri, sembari menekan suara-suara dari masyarakat. Ini menunjukkan bahwa meskipun era terus berganti, dan sistem pemerintahan mengalami perubahan secara resmi, esensi dari kekuasaan yang korup belum sepenuhnya berganti. 


Novel ini menunjukkan bahwa impian good governance yang mengedepankan keadilan, transparansi, dan kepentingan masyarakat di atas segalanya masih belum tercapai. Animal Farm mengingatkan kita bahwa transformasi yang nyata bukan sekadar soal tatanan, melainkan mengenai etika dan integritas dalam kepemimpinan. Sebuah karya yang terus berlanjut dan menginspirasi karena mengungkapkan kebenaran yang tetap relevan sepanjang generasi.


e. Kesimpulan dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, Animal Farm merupakan karya yang tidak hanya kuat secara sastra, tetapi juga mengandung kedalaman pesan moral dan politik yang tetap relevan hingga kini. Lewat cerita sederhana mengenai pemberontakan hewan terhadap manusia yang berakhir dengan bentuk penindasan baru, George Orwell mengingatkan bahwa kekuasaan yang tidak diawasi cenderung menyimpang, dan bahwa revolusi yang tanpa kontrol moral justru bisa melahirkan tirani yang lebih licik dan berbahaya. Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin mengetahui cara kerja kekuasaan baik dalam konteks sejarah maupun situasi politik saat ini. Melalui pendekatan alegoris yang cerdas, Orwell mengungkapkan bahwa idealisme dapat runtuh karena keserakahan, dan rakyat sering kali menjadi korban ketika pemimpin mulai mengabaikan prinsip keadilan. Animal Farm disarankan untuk pelajar, mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum yang berminat pada masalah sosial-politik dan etika kekuasaan. Selain itu, buku ini juga sangat tepat dijadikan materi untuk diskusi dalam pendidikan karakter dan kewarganegaraan, karena menekankan pentingnya kesadaran politik, integritas, dan keberanian untuk bersikap kritis terhadap otoritas. Sebuah karya sastra ringkas, tetapi sarat dengan nasihat yang selalu sesuai sepanjang zaman